KELAS : 4EB11
NPM : 24209763
Kampanye redenominasi 'dengan
dangdut dan wayang'
Pemerintah
dan Bank Indonesia memulai agenda konsultasi publik perdananya untuk menggolkan
rencana redenominasi mata uang rupiah seiring pengajuan RUU Redenominasi yang
telah diterima DPR.
RUU
Redenominasi kini menunggu pembahasan DPR namun telah masuk dalam daftar
prioritas pembahasan Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
Dalam
penjelasannya Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Gubernur BI Darmin
Nasution mengatakan redenominasi perlu dilakukan karena transaksi keuangan yang
makin meningkat membuat jumlah digit mata uang yang digunakan dalam
bertransaksi semakin banyak. Kedua pejabat menggarisbawahi munculnya potensi
inefisiensi akibat penggunaan angka tersebut.
Menkeu
Agus Marto Wardojo menggarisbawahi angka nol yang terlalu banyak pada mata uang
rupiah saat ini dibanding mata uang lain juga berpengaruh 'terhadap persepsi
rendahnya nilai rupiah' diantara mata uang global.
Sementara
Gubernur Darmin Nasution menegaskan tak perlu ada kekhawatiran redenominasi
gagal karena Indonesia 'telah memenuhi prasyarat dengan kondisi ekonomi yang
stabil beberapa tahun ke depan', tuturnya seperti disampaikan pada publik dan
media di Hotel Borobudur Jakarta menandai dimulainya proses sosialisasi.
Humas
Bank Indonesia Difi Johansyah mengatakan kunci keberhasilan sosialisasi ada
pada pemahaman bahwa redenominasi tidak sama dengan sanering.
"Kalau
redenominasi sama dengan mengurangi tiga angka nol di belakang mata uang rupiah
sehingga tidak mengubah nilai, tapi kalau sanering jelas pemotongan nilai mata
uang," jelasnya pada Dewi Safitri dari BBC Indonesia.
Bank
Indonesia menurut Difi optimistis kampanye berhasil karena sudah mulai
digulirkan sejak tahun 2010 yang dilanjutkan dengan penyusunan RUU Redenominasi
antara pemerintah dibantu BI.
'Pesta rakyat'
Bank
Indonesia dalam berbagai pernyataan menyebit redenominasi yang berhasil akan
membawa efek positif bagi perekonomian. Selain transaksi jadi lebih ringkas,
langkah juga akan berdampak pada terangkatnya sentimen positif pengguna rupiah.
"Inti
pesannya adalah menyetarakan nilai mata uang kita dengan yang lain. Kalau harga
satu botol air kemasan di Singapura 1 dollar, di Malaysia 1 ringgit ya disini
biar 1 rupiah, kira-kira begitu," kata Difi.
Rupiah
selama ini kerap menjadi bahan olok-olok warga asing karena dianggap terlalu
'boros' dalam angka nol.
"Itu
lihat saja bule kalau datang, sambil pegang uang rupiah dia ketawa 'I am rich,
I am rich'," tambahnya.
Upaya
sosialisai akan dilakukan maksimal termasuk dengan pesta rakyat dalam bentuk
mulai dari panggung musik dangdut sampai pertunjungan wayang kulit.
"Sasaran
utama kita adalah masyarakat yang belum tahu, kurang informasi. Para lansia,
pensiunan, petani, mereka ini banyak berada di pedesaan kan."
Sejumlah
media menulis untuk kebutuhan kampanye ini, bank sentral akan mengeluarkan dana
hingga Rp200 miliar untuk setahun.
Pemrintah
mengusulkan masa transisi nilai mata uang baru berlangsung selama lima tahun
sehingga mata uang seperti berlaku saat ini baru akan diganti sepenuhnya dengan
yang baru pada 2016.
Saat
itu diperkirakan pecahan kecil termasuk sen dalam uang rupiah akan muncul
kembali setelah selama ini hilang sama sekali dari peredaran publik.
Redenominasi
juga pernah dilakukan Turki, Polandia, Ukraina dan Rumania saat hendak
bergabung dengan Uni Eropa. Menurut BI langkah negara-negara tersebut sukses
ditandai dengan proses yang tanpa gejolak dan keberhasilan memperketat inflasi
dibawah 10% per tahun.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar